ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
1.
Konsep Dasar
1.1
Pengertian
Asfiksia adalah
perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam udara
pernafasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia (Dorland, 1998).
1.2Etiologi
Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
komplikasi, misalnya DM,PEB, eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan.
· Terjadi apabila saat
lahir bayi mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga kekurangan
persediaan O2 dan kesulitab pengeluaran CO2.
· Faktor yang terdapat
pada janin / bayi karena sperti adanya gangguan aliran tali pusat yang
menumbung, tali pusat melilit leher.
· Terjadinya depresi
pernapasan bayi karena obat / analgetik yang diberikan pada ibu.
· Adanya gangguan tumbuh
kembang intrauterin dan kelainan bawaan (aplasia paru, atresia saluran napas).
1.3Patofisiologi
Bila
janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan
mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila
janin lahir, alveoli tidak berkembang.Apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus
neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu
primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terluhat lemas (flascid).
Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama
apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
(Sumber
: A.H Markum. Buku Ajar IKA Jilid I : 2005 : 261)
1.4 Tanda dan Gejala
•
Distres pernafasan (Apnu / megap-megap)
•
Detak jantung
•
Refleks / respons bayi lemah
•
Tonus otot menurun
•
Warna kulit biru / pucat
1.5Penatalaksanaan
1. Resultasi dengan langkah mengikuti ABC yang
meliputi:
A: Pertahankan jalan napas bebas, jika perlu
dengan intubasi endotrakeal.
B: Bangkitkan napas spontan
dengan stimulasi taksil dan tekanan positif
menggunakan bag and mask atau lewat
pipa endotrakeal.
C : Pertahankan sirkulasi
jika perlu dengan kompresi dada dan obat-obatan
2.
Berdasarkan skor apgar menit pertama, asfiksia pada neonatus
dibagi menjadi :
TAMPILAN
|
0
|
1
|
2
|
NILAI
|
|
A | Appearance | ||||
Warna
kulit
|
Pucat
|
Badan
merah ekstremitas kebiruan
|
Seluruh
tubuh kemerahan
|
||
P |
Pulse
|
||||
Denyut
jantung
|
Tidak
ada
|
<
100
|
>
100
|
||
G |
Grimace
|
||||
Reaksi
terhadap rangsangan
|
Tidak
ada
|
Menyeringai
|
Bersin
/ batuk
|
||
A |
Activity
|
||||
Kontraksi
otot
|
Tidak
ada
|
Ekstremitas
sedikit fleksi
|
Gerakan
aktif
|
||
R |
Respiration
|
||||
Pernafasan
|
Tidak
ada
|
Lemah
/ tidak teratur
|
Menangis
kuat
|
||
Jumlah
|
Nilai
APGAR
|
||||
Kerangan
:
0
– 3 :
Asfiksia berat
4
– 6 :
Asfiksia sedang
7 – 10 : Asfiksia ringan / Normal
|
1.6 Komplikasi
Edema total, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia,
enterokolitis, nekrotikans, kejang, koma. Tindakan bag and mask berlebihan
dapat menyebabkan pneumotoraks.
1.7Prognosis
a. Asfiksia Ringan : Tergantung pada kecepatan
penatalaksanaan.
b. Asfikisia Berat : Dapat menimbulkan kematian
pada hari-hari pertama kelainan saraf.
Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang
sampai koma dan kelainan neurologis permanen, misalnya retardasi mental.
1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorium
Biasanya ditemukan menurunya kadar hematokrit dan peninggian trombosit
akibat
hiperaktivitas sumsum tuklang.
• Laboratorium
Untuk
menunjukan adanyan cairan spinal yang bercampur darah atau xantokrom disertai
dengan peninggian jumlah sel darah merah dan protein, serta penurunan glukosa.
• USG
Untuk
memantau berbagai perubahan yang terjadi akibat perdarahan.
1.9 Manajemen Asfiksia Neonatorum
Manajemen
Asfiksia pada BBL meliputi : Persiapan Resusitasi, Keputusan Perlunya Resusitasi, Tindakan Resusitasi, Asuhan pasca Resusitasi, Asuhan tindak lanjut pasca Resusitasi dan Pencegahan infeksi.
2.
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
2.1
Pengkajian
2.1.1
Identitas
Terutama terjadi pada menit-menit pertama bayi baru
lahir sampai beberapa hari.
2.1.2
Riwayat Penyakit
2.1.3
Keluhan
Utama
Tidak bernapas secara spontan.
2.1.4
Riwayat
Penyakit Sekarang
Napas
tersengal-sengal dan tangisan bayi tidak begitu keras, warna kulit pucat tidak
aktif.
2.1.5
Riwayat
Penyakit Dahulu
Adanya
predisposisi terjadi asfiksia partus lama, tali pusat terjepit.
2.2 Activity
Daily Life (ADL)
2.2.1
Nutrisi
Kebutuhan
ASI/ cairan/ susu pada bayi pada hari pertama bayi lagi banyak tidur terjadi
penurunan berat badan 10% BBVL
kembali 7 – 10 kg.
2.2.2
Eliminasi
Mekonium
2.2.3
Istirahat
Tidur
Lebih
banyak tidur.
2.2.4
Pemeriksaan
Umum
Keadaan
umum lemah, Asfiksia berat Apgar 0- 3; Asfiksia sedang Apgar 4 – 6.
2.2.5
Pemeriksaan
Fisik
TAMPILAN
|
0
|
1
|
2
|
NILAI
|
|
A | Appearance | ||||
Warna
kulit
|
Pucat
|
Badan
merah ekstremitas kebiruan
|
Seluruh
tubuh kemerahan
|
||
P |
Pulse
|
||||
Denyut
jantung
|
Tidak
ada
|
<
100
|
>
100
|
||
G |
Grimace
|
||||
Reaksi
terhadap rangsangan
|
Tidak
ada
|
Menyeringai
|
Bersin
/ batuk
|
||
A |
Activity
|
||||
Kontraksi
otot
|
Tidak
ada
|
Ekstremitas
sedikit fleksi
|
Gerakan
aktif
|
||
R |
Respiration
|
||||
Pernafasan
|
Tidak
ada
|
Lemah
/ tidak teratur
|
Menangis
kuat
|
||
Jumlah
|
Nilai
APGAR
|
2.3 Diagnosa
Keperawatan
2.3.1
Inefektif bersihan/ pola
nafas/ kerusakan pernafasan sehubungan dengan penumpukan sekret pada saluran
pernafasan.
2.3.2
Resiko terjadi infeksi
sehubungan dengan pemotongan tali pusat.
2.3.3
Intoleransi aktivitas
sehubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat.
2.3.4
Perubahan perfusi jaringan
renal sehubungan dengan hipovolemia iskemia.
2.3.5
Cardiac output sehubungan
dengan edema paru.
2.3.6
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan dispenea
2.4 Rencana
Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I
Tujuan : Mempertahankan efektifitas pernafasan
Kriteria hasil :
1.
Tidak ada sekret
2. Tidak
ada gerakan cuping hidung
3. Tidak
ada tarikan intrcostae
Intervensi :
1.
Monitor pola dan fungsi nafas
R/ Mendeteksi kelainan
pernafasan lebih lanjut
2.
Lakukan penghisapan lendir
R/ Menjaga kebersihan
jalan nafas
3.
Pasang selang oksigen
R/ Memenuhi kebutuhan
oksigen
4.
Berikan penjelasan kepada ibu dan
keluarga tentang penyebab sesak dan cara mengatasi
R/ Mengurangi kecemasan
ibu dan keluarga serta kooperatif dalam tindakan
5.
Atur posisi bayi
R/ Memberikan rasa
nyaman
Diagnosa Keperawatan II :
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
1. Sign
dan symptom tidak menunjukkan infeksi sistemik
- Tanda-tanda
sepsis
- Tanda-tanda
apnea, dispnue
- Tanda-tanda
panas yang tidak stabil
- Tanda-tanda
cianosis
2. Hitung
darah normal lengkap ketika melahirkan
Intervensi :
1. Menilai
parameter dan memberikan intervensi untuk menunjang BBL dilakukan secara
berkelanjutan.
2. Memonitor
jantung ke paru-paru
3. Memonitor
hitung darah
4. Berikan
antibiotik sesuai perintah dokter
5. Catat
peningkatan dan penurunan suhu
Rasional :
Neonatus sangat rentang
dengan resiko infeksi-asfiksia mungkin merupakan hasil dari infeksi.
Diagnosa Keperawatan
III
Tujuan : Aktifitas optimal
Kriteria hasil :
1. Tidak
menunjukkan desaturasi/ bradikardi
2. Merasa
nyaman dengan terapi yang diberikan
3. Menunjukkan
posisi yang nyaman
Intervensi :
1. Sediakan
stimulasi lingkungan seminimal mungkin
2. Monitor
TTV
3. Beri
tanda-tanda “diharap tenang”
4. Berikan
penerangan yang cukup sebanyak yang dapat ditoleransi pasien
5. Tidak
terlalu sering menggerakkan bayi
6. Monitor
TTV
7. Berikan
posisi pronasi/ telentang sesuai dengan indikasi
8. Sediakan
selimut, bantal
Rasional :
Suasana di ruang perawatan neonatus biasanya garuh
terlebih tiba bayi/ neonatus tersebut sangat sakit.
Diagnosa keperawatan IV
Tujuan : Perfusi jaringan baik
Kriteria
hasil :
1. Mempertahankan
output yang normal
2. Urine
normal
3. Kandungan
darah normal
Intervensi :
1. Mempertahankan
output dan input
2. Pemberian
diuretic dan input
3. Memonitor
hasil lab urine
4. Menurunkan
kadar proterin, glukosa, elektrolit, eritrosit urine
5. Memonitor
kadar darah
6. Memberikan
perawatan dengan pemberian obat nefrotik (gentamisin)
Rasional :
Selama periode asfiksia darah mengalir dari ginjal
ke organ vital, meningkatkan potensial
iskemia.
Diagnosa Keperawatan V
Tujuan : Cardiac output adekuat
Kriteria hasil :
1. Nadi
dan tekanan darah normal
2. HR
dalam rentang normal
3. Menunjukkan
sirkulasi perifer yang normal
- Capilary
refill time < 3 detik
- Nadi
kuat
- Tidak
ada bercak-bercak
4. Sirkulasi
volume normal
- Intake
dan output seimbang
- Urine
output norma
- CVP
normal
Intervensi :
1. Memonitor
TTV (RR. Tekanan darah, suhu) sesuai indikasi
2. Monitor
perfusi jaringan tiap 2 – 4 jam
3. Monitor
nadi perifer tiap 4 jam
4. Berikan
terapi iv dan vasodilator sesuai indikasi
5. Monitor
intake dan output, timbang popok
6. Nilai
CVP, tekanan darah tiap jam
Rasional :
Asfisika dapat menyebabkan kerusakan pada otot-otot
jantung yang disebabkan cardiac yang menimbulkan masalah pada perfusi jaringan.
Pergantian cairan pada ruang interstisial menurunkan volume sirkulasi, perfusi
jaringan yang adekuat menyediakan O2 dan nutrisi memungkinkan fungsi
sel kembali normal.
Diagnosa Keperawatan VI
Tujuan : kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
-
Mencapai status nutrisi normal dengan BB
yang sesuai
-
Mencapai keseimbangan intake dan output
-
Mencapai kadar gula darah normal
-
Bebas dari adanya komplikasi GI
-
Lingkar perut stabil
-
Pola eliminasi normal
Intervensi :
1. Timbang
berat badan tiap hari
R/ mendeteksi adanya
penurunan atau peningkatan berat badan
2. Berikan
glukosa 5 – 10% banyaknya sesuai umur dan berat badan
R/ diperlukan
keseimbangan cairan dan kebutuhan kalori secara parsial.
3. Monitor
adanya hipoglikemi
R/ masukan nutrisi
inadekuat menyebabkan penurunan glukosa dalam darah.
4. Monitor
adanya kompliksi GI
- Distress
- Konstipasi/
diare
- Frekuensi
muntah
R/ mempertahankan nutrisi cukup energi dan
keseimbangan intake dan output.
4.
Evaluasi
1.
Meningkatkan fungsi pernapasan optimal
2.
Mencegah / menurunkan resiko terhadap potesial komplikasi
3.
Kerusakan pertukaran gas tidak terjadi
4.
Klasifikasi klinik nilai APGAR:
·
Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)
·
Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6).
·
Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
·
Bayi normal dengan nilai APGAR 10
5. Pemeriksaan Diagnostik
DAFTAR
PUSTAKA
•
Kirana pritasari, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Edisi 2008 : Jakarta
•
Prawirohardjo Sarwono,SpOG ,2005.Ilmu Kebidanan.Edisi ketiga : Jakarta
•
Riyawan.com | Kumpulan Makalah & Artike
Keperawatan/Farmasi
•
Rahayu,Dedeh
Sri. 2009. Asuhahan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta: Salemba Medika
Terimakasih.
BalasHapusArtikelnya sangat membantu.